Imajinasi romantis dan perasaan nasional di India

Pengembangan nasionalisme tidak terjadi hanya melalui perang dan ekspansi teritorial. Budaya memainkan peran penting dalam menciptakan ide bangsa: seni dan puisi, cerita dan musik membantu mengekspresikan dan membentuk perasaan nasionalis.

 Mari kita lihat romantisme, sebuah gerakan budaya yang berusaha mengembangkan bentuk sentimen nasionalis tertentu. Seniman dan penyair romantis umumnya mengkritik pemuliaan akal dan sains dan malah fokus pada emosi, intuisi, dan perasaan mistis. Upaya mereka adalah menciptakan rasa warisan kolektif bersama, masa lalu budaya yang sama, sebagai dasar suatu bangsa.

 Romantika lain seperti filsuf Jerman Johann Gottfried Herder (1744-1803) mengklaim bahwa budaya Jerman sejati akan ditemukan di antara rakyat jelata – Das Volk. Melalui lagu -lagu rakyat, puisi rakyat, dan tarian rakyat itulah semangat bangsa yang sebenarnya (Volksgeist) dipopulerkan. Jadi mengumpulkan dan merekam bentuk-bentuk budaya rakyat ini sangat penting untuk proyek pembangunan bangsa.

Penekanan pada bahasa sehari -hari dan koleksi cerita rakyat lokal tidak hanya untuk memulihkan semangat nasional kuno, tetapi juga untuk membawa pesan nasionalis modern kepada audiens besar yang sebagian besar buta huruf. Ini terutama terjadi dalam kasus Polandia, yang telah dipartisi pada akhir abad kedelapan belas oleh Great Powers-Rusia, Prusia dan Austria. Meskipun Polandia tidak ada lagi sebagai wilayah independen, perasaan nasional tetap hidup melalui musik dan bahasa. Karol Kurpinski, misalnya, merayakan perjuangan nasional melalui opera dan musiknya, mengubah tarian rakyat seperti Polonaise dan Mazurka menjadi simbol nasionalis.

 Bahasa juga memainkan peran penting dalam mengembangkan sentimen nasionalis. Setelah pendudukan Rusia, bahasa Polandia dipaksa keluar dari sekolah dan bahasa Rusia dikenakan di mana -mana. Pada tahun 1831, pemberontakan bersenjata melawan pemerintahan Rusia terjadi yang akhirnya dihancurkan. Setelah ini, banyak anggota klerus di Polandia mulai menggunakan bahasa sebagai senjata perlawanan nasional. Polandia digunakan untuk pertemuan gereja dan semua instruksi agama. Akibatnya, sejumlah besar imam dan uskup dipenjara atau dikirim ke Siberia oleh pihak berwenang Rusia sebagai hukuman atas penolakan mereka untuk berkhotbah dalam bahasa Rusia. Penggunaan bahasa Polandia dianggap sebagai simbol perjuangan melawan dominasi Rusia.

  Language: Indonesian